Notification

×

Iklan

Iklan

GSVL DAN RUANG GEMA HINGGA SENGITNYA KONTRUKSI ISU DAN PERANG AGITASI

Rabu, 11 November 2020 | 13:50 WIB Last Updated 2021-05-16T08:27:30Z




 Oleh : Albert P Nalang 



MANADO KOMENTAR - Akhirnya saya harus menyebut MARCUS Tullius Cicero pernah berujar sebagai berikut “salus populi suprema lex esto” yang artinya adalah keselamatan rakyat merupakan hukum tertinggi. Jika ditautkan dengan tujuan berdirinya suatu negara adalah untuk menciptakan keamanan, ketertiban dan mengusahakan kesejahteraan serta kemakmuran rakyat.


Sosok Walikota Manado GS Vicky Lumentut menuai simpati untuk masyarakat Kota Manado sejak tanggal 9 November 2020 hingga saat ini. Rabu (11/11/2020) terus menyalurkan Bantuan sosial lansia, Bantuan bahan pokok, Honor THL, dan TTP ASN dalam program Walikota GSVL kerja 4 Solusi atasi pandemi pasca pembahasan APBD-P Tahun 2020 berhenti.


Disatu sisi Walikota dua Periode ini harus melawan. Sengitnya konstruksi isu dan perang agitasi dalam pusaran kompetisi politik praktis kerap kali memancing rasa penasaran akar rumput sekaligus bisa membelah akar rumput dalam faksi-faksi dukungan politik yang beragam.


Perang agitasi ini kerap di mainkan bagaikan memainkan bidak-bidak catur di atas papan catur. Gelindingan isu dan agitasi dari yang bersifat edukatif, agitatif hingga yang provokatif pun di mainkan (baik secara frontal maupun terselubung).


Para bidak-bidak elit berdiri di garis belakang bukan sebagai penonton tapi sebagai pengamat yang sigap. 


Menggerakan bidak-bidak pion di garis paling depan dalam rangka mengeksekusi kepentingan dengan menggerakan semua tentakel.


Realitas ini akan membuat publik yang awam cukup abstrak menilai realitas konstalasi politik secara rasional dan obyektif. Tidak heran jika memicu persepsi publik yang heterogen dan subyektif dan bermuara pada gaduhnya ruang demokrasi karena konflik opini horizontal.


Jika dulunya homo homini lupus, manusia adalah serigala bagi sesamanya, maka sekarang homo homini virus, manusia adalah virus bagi sesama.


Memang cukup ironis, tapi seiring laju modernisasi kian mutakhir dan inovatif malah moral manusia kembali ke zaman batu yang primitif.


Hal seperti ini yang dimainkan elit parpol untuk menjatuhkan GSVL yang notabene suami dari calon Walikota JPAR yang berpasangan dengan Harley Mangindaan dalam jargon 'PAHAM' namu semua itu menjadi pemicu semangat buat Walikota GSVL untuk tidak menyerah dalam mengedukasi para akar rumput tentang bahaya laten "Politik Pecah Belah, yang memasung nilai-nilai politik yang luhur".


Walikota GS Vicky Lumentut melalui sahabat saya Bung Amas saat berdiskusi, terkait penanganan polarisasi masyarakat kota manado untuk ruang gema di tengah pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Manado (Pilwako) 


Menjelaskan bahwa Ilmu psikologi sosial berargumen bahwa polarisasi sosial yang terjadi di dunia maya terjadi karena fenomena ruang gema, yang secara saintifik disebut The Eco Chamber Effect. Ilmuwan psikologi sosial Walter Quattrociocchi, Antonio Scala, dan Cass Sunstein secara empiris menjelaskan bahwa pada kelompok masyarakat yang terpolarisasi, pengguna media sosial cenderung memposting informasi-informasi yang sesuai dengan keyakinan politiknya, dan mengabaikan informasi lain yang tidak sesuai dengan keyakinan tersebut.


"Situasi di atas membuat aliran-aliran informasi yang diterima dalam media sosial hanya berasal dari satu pihak. Efeknya, kepercayaan mengenai sikap politiknya menguat dan secara simultan kebencian terhadap kelompok lain yang berbeda pandangan juga semakin kentara, yang tadinya merupakan sebuah kesatuan besar dengan sebuah perasaan kekitaan lambat laun berubah menjadi pandangan yang membenturkan kami dan mereka.


Polarisasi sosial penting mendapatkan perhatian kita karena baik secara langsung atau tidak langsung terkait esensi identitas bangsa Indonesia sebagai negara demokratis khususnya kota Manado. 


"Situasi sosial yang didominasi atensi selektif sangat rentan menumpulkan diskusi kritis dan mematikan nalar. Jika merunut kepada esensi demokrasi, sebenarnya kritik terhadap sebuah pandangan adalah hal yang wajar saja. Tetapi kritik demi kestabilan demokrasi hanya dapat berfungsi optimal ketika disampaikan secara dialogis," jelas Walikota GSVL kepada Bung Amas 



Maka saya harus akhiri tulisan ini dengan mengadopsi Bertrand Russell melalui karyanya The Role of Intellectual in the Modern World bahkan menekankan pentingnya peran intelektual di tengah-tengah kehidupan sosial yang heterogen. 


Sebagai kelompok masyarakat yang beruntung menikmati kesempatan mengenyam pendidikan hingga ke level tertinggi, seharusnya kaum intelektual memiliki tanggung jawab moral yang besar pula untuk menjaga tatanan heterogen ini dari propaganda-propaganda. 


Bisa lewat ucapan dan atau juga tindakan dan tulisan.


Penulis Albert P Nalang



×
Berita Terbaru Update