Notification

×

Iklan

Iklan

Daan Mogot dan Lex Kawilarang. Pahlawan Yang Gugur di Usia Belia

Rabu, 19 Agustus 2020 | 21:13 WIB Last Updated 2020-08-19T19:26:28Z



Manado, Komentar - Rupanya fakta sejarah pembantaian orang Minahasa di tengah gelora Revolusi 1945 tidak banyak diketahui generasi sekarang. Sejarah tragis.

Tapi justru karena itu kawanua tampil luar biasa fenomenal, bukan untuk membalas, melainkan maju terdepan mempertahankan kemerdekaan bangsa.

Laskar KRIS adalah pasukan paling rajin berperang selama 1945-1949 di semua front. Paling ditakuti, bahkan oleh pasukan tentara bayaran paling berani, sangar, dan juga loyal yang pernah ada (Gurkha)
yang terkenal paling tangguh selama Perang Dunia II.

Keluarga-keluarga kawanua dibantai di Bekasi, Tanjung Barat, Pasar Minggu dan Manggarai Jakarta Selatan. Pembantaian bisa diminimasi antara lain oleh upaya Empie Kanter dan Ventje Sumual yang, bersama Bung Karno, melakukan pendekatan pada para jawara di seputaran Jakarta.

Di Bekasi barat, salah satu korban pembantaian adalah ayah dari Daan Mogot. Tapi Daan bukannya dendam, malah berjuang luarbiasa bagi bangsa.

Ia mendirikan Akademi Militer di Tangerang, gugur dalam usia amat belia (sekarang Pahlawan Nasional). Daan juga yang mendorong sepupunya, Lex Kawilarang, untuk berjuang bela bangsa. Lex militer profesional yang semula "sangat KNIL". Pemihakan Lex pada RepubIik Indonesia berdampak positif sangat besar,

antara lain PM Sutan Sjahrir bisa nekat meneruskan roda pemerintahan di Jakarta, tidak pindah ke Jogja, agar lebih berefek politis internasional, itu karerna Sjahrir sangat mengandalkan Kawilarang.

Dan sejarah membuktikan tepatnya jalan politik ini. Padahal Lex sendiri tetap diincar pihak Belanda, sampai dibujuk dengan noni-noni cantik dan segala fasilitas mewah, agar kembali memperkuat militer Belanda.

Tapi Lex Kawilarang tetap pilih jadi perwira miskin.
Di Bandung a.l. keluarga Laoh jadi korban pembantaian. Tapi puteranya, Ir. Herling Laoh tetap memilih republik (kelak jadi Menteri PU).

Di Semarang a.l. keluarga Masoko dibantai, tapi anak mereka memilih aktif dalam KRIS. Mereka adalah famili dari Dr. Masoko di Amurang yang mirip dr. Sutomo di Jatim mengabdi luarbiasa untuk kesehatan rakyat.

Di Balikpapan a.l. keluarga Masinambow jadi korban pembantaian, orang tua dari Prof. Eddy Masinambow Direktur Lembaga Kebudayaan Nasional LIPI. Begitu pula di kota-kota lain.

Penulis adalah Filsuf dan Budayawan Nasional asal Sulawesi Utara.
Oleh : Benni E Matindas
×
Berita Terbaru Update