foto tribun timur |
"Saya dapat cerita soal kondisi beliau. Tusukan memang cukup dalam, sekitar 10 sentimeter, dan kena usus halusnya," kata Agus saat dihubungi Tempo, Jumat, 11 Oktober 2019. Kabarnya, ujar dia, harus ada tindakan akibat tikaman itu. "Dipotong agar tidak menimbulkan masalah baru.”kata Agus seperti dilansir tempo.co.
Menurut Agus, informasi awal yang diterimanya menyatakan bahwa Wiranto hanya terluka di bagian kulit luar saja. Namun ternyata luka tusukan pisau kunai itu menembus ke bagian perut dalam.
Agus mengatakan dari informasi yang ia dapat dari tim yang bersama Wiranto saat kejadian, pendarahan yang cukup parah. Wiranto baru menyadari darah mengucur deras saat masuk ke dalam mobil seusai diserang.
"Karena enggak ada perlengkapan selain tisu, ajudannya itu, staf di mobil sampai lepas bajunya untuk menahan pendarahan biar gak terlalu banyak," kata Agus. Namun pendarahan tak juga berhenti.
Wiranto sempat dibawa ke Klinik di Menes. Namun klinik tak sanggup menangani. Ia dibawa ke Rumah Sakit Pandeglang. Di sana, eks Panglima ABRI itu mendapat pertolongan pertama.
Karena terbatasnya fasilitas, Wiranto langsung diterbangkan dengan helikopter ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta Pusat. Agus mengatakan sepanjang perjalanan dari Menes ke RSPAD, kondisi Wiranto terus memburuk.
"Pendarahan cukup lumayan, sampai Pak Wiranto hampir sudah gak tahan, mau gak sadar. Sama ajudannya wajahnya ditepuk-tepuk. Biar gak hilang kesadaran."
Setelah melihat dua luka tusukan, tim dokter di RSPAD memutuskan untuk langsung mengoperasi Wiranto. Saat ini, Wiranto dikabarkan telah mulai stabil dan sudah sadar. Saat dibesuk oleh Presiden Joko Widodo, Wiranto disebut mengatakan tak sabar untuk ikut rapat terbatas bersama Jokowi.
Sebelum Wiranto, ditusuk pasangan suami istri Syahril dan Fitri Andriana, sesaat turun dari mobil dan akan menuju helipad, di Menes, Banten, Kamis 10 Oktober 2019.(tc/komentar)