Notification

×

Iklan

Iklan

JUMLAH PEMAKAMAN PROTOKOL KESEHATAN YOGYAKARTA MENINGKAT

Jumat, 27 November 2020 | 18:26 WIB Last Updated 2020-11-27T10:26:02Z


YOGYA  KOMENTAR- Jumlah kasus meninggal dunia dengan prosedur pemakaman protokol COVID-19 di Kota Yogyakarta mengalami lonjakan dalam beberapa hari terakhir.


Alhasil, tim Pemuliaan Jenazah dari BPBD Kota Yogyakarta pun dibuat kewalahan akibat fenomena tersebut.


Personel Tim Pemuliaan Jenazah BPBD Kota Yogyakarta, Retno Rahayu Subekti mengungkapkan, pihaknya sempat dibuat kewalahan sepanjang Sabtu (21/11/2020) dan Minggu (22/11/2020) lalu.


Bagaimana tidak, dalam 36 jam, skuatnya harus memakamkan enam jenazah sekaligus.


"Hari Sabtu itu dari pagi, sampai Minggu sorenya, sekitar Magrib, pukul 18.00. Kami ada total enam kali pemakaman, selama 36 jam itu," kisahnya, Kamis (26/11/2020).


Ia tidak menampik, jika dipaksakan, jumlah jenazah di Kota Yogyakarta yang harus dimakamkan personelnya dengan prosedur COVID-19 lebih dari itu.


Akan tetapi, pihaknya merasa tak sanggup lagi, sampai akhirnya tugas tersebut dilimpahkan langsung pada personel BPBD DIY.


"Sebenarnya total ada 10 jenazah. Tapi, kami tidak mampu kalau sampai 10 pemakaman. Kemudian, yang empat kami koordinasikan dengan provinsi ya," ujar Retno.


"Karena kami hanya memiliki lima tim, dimana setiap tim diisi tujuh personel. Dalam pemakaman yang keenam di hari itu, kami sampai menurunkan tim cadangan ditambah personel yang sudah bertugas Sabtu pagi, kami minta berangkat lagi Minggu sorenya," imbuhnya.


Oleh sebab itu, setelah menempuh dua hari nan padat, Tim Personel Tim Pemuliaan Jenazah BPBD Kota Yogyakarta pun diliburkan sementara.


Karenanya, permintaan pemakaman dari RSUD Kota Yogyakarta pada Selasa (24/11/2020), mau tidak mau dialihkannya ke tim BPBD DIY.


"Kita harus menjaga semua, karena tim sempat melakukan pemakaman dini hari juga, dalam kondisi hujan deras. Jadi,  untuk menjaga kondisi, teman-teman diistirahatkan dulu. Baru hari Rabu kita on lagi ya, ada satu jenazah yang kita makamkan dengan prosedur COVID-19," katanya.


Lebih lanjut, Retno juga menjelaskan, deretan jenazah yang dimakamkan personelnya tersebut, belum tentu berstatus positif corona.


Namun, mereka menjalani perawatan di rumah sakit dengan diagnosa Infeksi Saluran Pernafasan Atas, sehingga pemakaman harus mengikuti prosedur.


"Karena jika diagnosa ISPA, di RS pasti diswab. Padahal, bisa saja pasien meninggal dunia sebelum hasil swabnya keluar. Nah, walaupun hasil swab belum keluar, kalau meninggal dunia, tetap harus dengan protokol," ucapnya.


Berkaca pada pengalaman tempo hari yang membuatnya kewalahan, pihaknya pun mendapat tambahan 10 personel pemuliaan jenazah, dari PMI Kota Yogyakarta.


Hal tersebut, juga untuk mengantisipasi kondisi-kondisi tertentu, saat dibutuhkan tenaga lebih dalam sebuah pemakaman.


"Kami harus berangkatkan satu tim plus lima personel jika ada catatan khusus. Misal jenazah sudah over weight, lalu lokasi pemakaman dengan parkir mobil jaraknya jauh. Makanya kita butuh tambahan tenaga," jelasnya.


"Kalau jaraknya jauh, medannya berat, kita harus sering tukar posisi. Mengangkat peti dengan menggunakan APD rasanya beda loh. Engap sekali itu, karena saya juga pernah tugas bersama teman-teman," pungkas Retno.


Penulis Donald Laukon

Wartawan Komentar  Biro Yogyakarta

×
Berita Terbaru Update