Notification

×

Iklan

Iklan

LILY BINTI HINGGA NELSON MANDELA, ANTARA KASIH MENUTUPI SEGALA PELANGGARAN

Jumat, 11 September 2020 | 12:30 WIB Last Updated 2020-09-18T16:14:00Z


Oleh : Albert P Nalang

MANADO KOMENTAR -
Tak ada orang yang terlahir untuk membenci orang lain karena warna kulitnya, latar belakangnya, atau agamanya. Orang harus belajar untuk membenci. Jika bisa belajar untuk membenci, maka mereka bisa diajar untuk mengasihi karena kasih lebih alamiah bagi hati manusia ketimbang sebaliknya.

Ingat peristiwa Lily Binti (Libin) Cs di Musda DPD II Partai Golkar Manado, bahkan sempat menangis karena diusir dari ruangan Musda oleh sesama kader Golkar

Alasannya dilarang masuk ke ruang Musda dikarenakan mereka sudah bukan lagi pengurus kecamatan

Bagaimana perasaan Libin cs pada saat itu tentunya? Kaget, sedih, marah. Tetapi, Libin, Ketua Golkar Kecamatan Wanea, dengan menangis mau memaafkan dan mengampuni para sesama kader.

Dikatakan Lily Binti. Jumat (11/9/2020) Sebelum menganugerahi Kita dengan kesuksesan besar, kesempatan biasanya menguji keteguhan hati Kita melalui kesulitan.

"Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir," ucap Libin

Sama halnya dengan Nelson Mandela.
Tak lama setelah terpilih sebagai Presiden Afrika Selatan (1994-1999), Nelson Mandela mengajak beberapa pengawalnya untuk keliling kota.

Dia singgah di sebuah restoran, dan tidak meminta perlakuan khusus. Dia memesan makanan untuk disantap bersama rombongan.
Di meja bagian pojok ada seorang laki-laki yang duduk menunggu pesanannya.

Nelson meminta
pengawalnya untuk mengajak laki-laki itu bergabung ke meja Nelson. Laki-laki itu pun dipersilakan duduk tepat di samping Nelson.
Hidangan sudah lengkap, Nelson dan rombongan siap menyantap, termasuk laki-laki yang berada di sampingnya.

Namun, laki-laki itu tampak aneh. Wajahnya berkeringat dan tangannya gemetar. Dia tidak sanggup menyantap hidangan yang ada, kecuali hanya sepotong roti dan beberapa tegukan air.

Pengawal pun bingung.
"Tampaknya dia sedang sakit, dan sebaiknya segera kami bawa ke rumah sakit”, ujar pengawal kepada Nelson.
Nelson diam sampai selesai makan. Pengawal semakin bingung melihat kondisi laki-laki tersebut, hingga dia dipersilakan untuk kembali ke mejanya yang pertama dia pesan.

Kata Nelson kepada pengawal, “Dia tidak sakit.
Keringat yang keluar dan tangan yang gemetar itu bukan karena dia sakit.
Dialah sipir yang dulu menyiksa aku ketika aku dipenjara di ruang isolasi.

Pernah, ketika aku haus dan meminta air darinya, dia malah mengencingi kepalaku.
Jadi, dia sedemikian gemetar karena dia takut aku akan membalas apa yang pernah dia perbuat terhadap aku.

Tapi aku tidak akan membalasnya. Dendam bukan akhlakku.
"Dendam tidak akan dapat membangun negara, tapi memaafkan selalu menjadi jalan menuju kebangkitan sebuah bangsa.”
Amsal 10:12
Kebencian menimbulkan pertengkaran, tetapi kasih menutupi segala pelanggaran.

Sumber : Maygreisye Sambouw
×
Berita Terbaru Update