Notification

×

Iklan

Iklan

PANDEMI ATEISME, MENGGONCANG. POLEMIK di MANA-MANA.

Rabu, 26 Agustus 2020 | 14:20 WIB Last Updated 2020-09-20T13:11:24Z
PANDEMI ATEISME, MENGGONCANG. POLEMIK di MANA-MANA.

MANADO KOMENTAR - Begitu terbit 1859, karya penelitian biologi Darwin “The Origin of Species” langsung menggoncang. Polemik menyala di mana-mana. Terutama, tentu saja, dalam kalangan agama.

Puncaknya, belum setahun kemudian, debat terbuka antara Samuel Wilberforce yang Uskup Oxford dan Thomas Huxley yang saintis terkemuka Inggris. Bantahan dari Pdt. Wilberforce disertai kata-kata retoris untuk menyudutkan lawan dengan cara menjadikan lawannya sebagai obyek tertawaan seluruh audiens:

“Entah melalui pihak keluarga kakeknya ataukah neneknya Mr. Huxley mewarisi garis keturunan monyet…!” Dan hadirnya memang terpingkal-pingkal, seraya merasa iman mereka diteguhkan.

Tapi Huxley dengan sangat tenang, dan sangat mantap, menjawab: Sama sekali tidak ada alasan bagi saya untuk malu jika memiliki nenek-moyang yang sama dengan kera, tapi siapapun harus malu jika   memanfaatkan rahmat akbarNya cuma untuk menyembunyikan kebenaran!   

Maka ruang debat itu pun geger! Semua yang mendengar pernyataan Huxley itu mengalami goncangan lebih keras bahkan dibanding saat mereka membaca buku Darwin itu sendiri.

Seorang ibu sampai pingsan dan digotong ke luar. Kengerian luar biasa, dan sekaligus nelangsa atau rasa kehilangan sangat besar, langsung memenuhi rongga dada setiap orang, saat menyaksikan ada manusia yang bisa mengucap kata-kata seperti itu.

Itulah proklamasi sikap ateis berdasar teori evolusi alam,  yang pada masa dulu itu terdengar luar biasa berani.
Sekarang, dalam masa pandemi Covid-19, tema ateisme kembali marak.

Gejala ini logis. Betapa tidak, begitu banyak manusia terbunuh secara sedemikian ‘sepele’, tak kecuali orang-orang yang hidupnya saleh bahkan tekun dalam pelayanan keagamaan harus menemui ajal yang pula tidak boleh diupacarai selayaknya.

Maka lumrahlah bila nalar waras mempertanyakan: adakah Tuhan yang bisa melakukan pembiaran seperti itu?!

Sayang sekali diskusi ateisme kali ini cuma merujuk pada buku-buku Richard Dawkins yang sebetulnya masih terhitung payah.

Dengan mengandalkan teori evolusi maka ia hanya sampai pada serangan terhadap sikap fundamentalisme beragama, tidak menyentuh soal eksistensi Tuhan.

Sedangkan fundamentalisme sudah lama selesai dalam Kristen, setidaknya di tataran konseptual yang hakiki. Sebuah buku terbitan PBR Andi Yogyakarta pada seperempat abad lalu saja sudah mempublikasi esai teologi dari Pdt. Eka Darmaputera, STh., PhD.

Yang menegaskan kisah penciptaan dalam Kitab Kejadian itu bukan dokumen sejarah melainkan akta pengakuan iman. Statement seperti itu sudah banyak tersebar sejak lama, dan semuanya, seperti juga Pdt. Eka,

Sudah tak merasa perlu mencantum referensinya, artinya: sudah menjadi common sense dalam teologi sejati. Banyak literatur pun sudah mengungkap hasil penelitian yang membuktikan teks tentang penciptaan itu baru ditambahkan kemudian,

Pada masa pembuangan di Babylonia, atas naskah asli dari Musa. Maka aneh kalau sekarang serangan Dawkins itu masih dinilai penting justru di dunia Kristenitas Barat.

Teori sains yang bisa bersinggungan dengan iman tentang keberadaan Tuhan hanyalah yang mengenai partikel yang mendasari pembentukan alam semesta,

Teori Mekanika Quantum,  setidaknya seperti yang dilakukan Hawking yang menyimpulkan bahwa sejarah alam tidak membutuhkan Pencipta.

Tapi kesimpulan Stephen Hawking itu juga jelas  tertulis dalam majalah Bahana atau E-Bahana.
Bagaimana pendapat para fisikawan agung seperti Einstein, John Wheeler, Paul Davies, sampai Murray Gell-Mann, Yuval Ne’eman dan banyak lagi.

Amat naif jika menghadapi Dawkins hanya dengan membandingkannya pada biolog Gregor Mendel, karena justru teori genetika Mendel harus berimplikasi pada penolakan terhadap campur tangan personal Tuhan pada kelahiran setiap individu; dan memang biografi Mendel pun mengisahkan betapa sang pastor sudah mendukung teori evolusi.

Oleh : Benni. E. Matindas
Penulis adalah Filsuf dan Budayawan Nasional.
×
Berita Terbaru Update