Sementara, untuk dana yang diberikan oleh pemerintah desa dipergunakan sesuai yang diharapakan. Menurut Ketua BUMDESnya Jano Maki kepada media ini mengatakan, pihaknya mengelola betul dana yang diberikan pemerintah desa.
“beberapa mata anggaran yang digunakan lewat penyertaan modal desa yakni pembelian lahan mata air. Pula, pembangunan infrastruktur lainnya seperti perpipaan dan lainnya. Jadi, atas apa yang kami buat semata untuk kepentingan masyarakat secara umum terkait sarana air bersih,”aku Jano.
Dikatakannya pula, jika hanya mementigkan bisnis, lahan mata air yang ada sekarang sudah ada pihak pengusaha yang ingin membelinya.
Harganya, tidak main-main tawarannya berjumlah Rp.250 Juta. Jadi, jika hanya mementingkan ego bisnis lahan ini bisa dijual. “namun saya sebagai Ketua BUMDES mengambil sikap lebih mementingkap kepentingan masyarakat ketimbang kepentingan sekolompok orang,”ungkap Jano yang nota benenya pernah bekerja sebagai karyawan swasta di Negeri Sakura Jepang ini.
Dikatakannya, jika hanya mengacu dengan dana yang diberikan pemerintah dengan jumlah kurang lebih Rp.150 juta, jika dibandingkan dengan harga lahan sumber mata air yang ditawar berjumlah Rp.250 Juta, kelebihan untuk BUMDES ada berjumlah Rp.100 Juta.
Namun hal ini seperti yang kami sampaikan tadi, kami tetap berada untuk kepentingan masyarakat terkait pelayanan air bersih yang saat ini sementara dinikmati masyarakat desa. Ditambahkannya pula, Pihaknya hanya mengkalirifikasi saja, bahwa dalam proses pengambilan dana via Bank, dirinya tidak sendiri namun secara bersama dengan Bendahara. Hal ini perlu diluruskan agar tidak menimbulkan salah paham ditengah masyarakat. (Ferry Otta)
.jpeg)
