Notification

×

Iklan

Iklan

INI TANGGAPAN KETUM PGI, MENGENAI PENGHADANGAN IBADAH DI JEMAAT PHILADELPIA

Kamis, 17 Januari 2019 | 03:16 WIB Last Updated 2019-01-16T19:16:51Z

JAKARTA KOMENTAR-Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) Pdt Dr Henriette Tabita Lebang angkat bicara terkait peristiwa penghadangan beribadah jemaat Gereja Bethel Indonesia (GBI) Philadelpia, Medan Labuhan, Sumatera Utara. Dia merasa prihatin atas kasus tersebut.

"Ya, ini keprihatinan kita ketika kita kurang menghargai satu terhadap yang lain. Mungkin ada hal-hal yang menyebabkan ya hal itu terjadi, dari mana pun mulainya, kita perlu mencari solusi bersama, duduk bersama untuk mengatasi masalah ini," kata Henriette seperti dikutip lewat detiknews.

Pernyataan tersebut disampaikan Henriette di kantor pusat PGI, Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat, Rabu (16/1/2019). Dia berbicara didampingi Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban Prof Syafiq A Mughni.

Henriette mengatakan Indonesia adalah negara Pancasila, yang menjunjung tinggi Bhinneka Tunggal Ika, yang di dalamnya terkandung nilai-nilai gotong-royong dan persaudaraan. Menurutnya, itulah yang seharusnya ditumbuhkembangkan.
"Sayang sekali belakangan ini nilai-nilai ini tergerus oleh berbagai sebab, sehingga fanatisme, radikalisme, makin mencuat," ujarnya.

Henriette berharap persoalan ini bisa diselesaikan secara jernih berlandaskan Pancasila. Dengan begitu, menurutnya, tidak akan terjadi benturan di lapangan.
"Saya kira dari dulu masyarakat Indonesia hadir dalam masyarakat majemuk, baik majemuk secara suku, agamanya, majemuk pilihan politiknya, tapi bagaimana supaya itu jangan berbenturan gitu. Nah, ini yang harus ditumbuhkembangkan semangat itu," ucapnya.

Henriette menyerahkan penanganan persoalan ini kepada PGI wilayah Sumatera Utara serta Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan pihak-pihak terkait. Dia berharap semua diselesaikan dengan damai.

"Karena mereka yang berada di lapangan, mereka yang mempelajarinya, PGI wilayah Sumut karena ada statement-statement yang dikeluarkan oleh masing-masing. Tentu itu sesuai dengan pemahaman mereka, karena mereka yang lebih dekat kepada konteks itu," ujarnya.
Pada kesempatan itu, Prof Syafiq menyampaikan hal senada. Dia mendorong agar persoalan ini diselesaikan dengan semangat persaudaraan.

"Itu kan sudah ada FKUB di sana, kemudian ada pemerintah daerah di sana, ya tentu kita bersifat normatif, apalagi dalam masa otonomi daerah. Kita bersifat normatif supaya mendorong diselesaikan secara saksama dengan semangat persaudaraan. Jadi kita dorong supaya diselesaikan," ujarnya.
Kedatangan Prof Syafiq sendiri ke PGI terkait rencana musyawarah besar pemuka-pemuka agama yang akan dilaksanakan pada 2019 ini. Dia bersama PGI membahas persoalan-persoalan apa saja yang nantinya perlu dibahas di agenda besar tersebut.

"Salah satu agendanya adalah kita mencoba mengevaluasi sejauh mana kita bergerak mengalami kemajuan setahun ini. Karena tentu dari hasil-hasil survei yang ada kita juga bisa mendapatkan indikasi awal, tapi itu perlu kita bahasa di dalam musyawarah besar pemuka-pemuka agama yang akan datang," ucapnya.

"Yang kedua adalah bagaimana kita bisa meningkatkan kerja sama antaragama ini dalam berbagai macam program yang konkrit. Tentu kami tidak melaksanakan sendiri program-program itu. Kita memberikan dorongan-dorongan supaya program-program itu bisa lebih intensif. Saya kira yang sangat dibutuhkan masyarakat kita adalah bagaimana kita bergerak bersama-sama untuk rukun, harmonis, dengan semangat keadilan kita berjuang meningkatkan harkat martabat kemanusiaan," sambung Prof Syafiq.

Prof Syafiq menambahkan, sebagai Utusan Khusus Presiden, dia hanya mendorong lembaga-lembaga agama. Caranya dengan memfasilitasi dan mengusulkan kebijakan yang mengarah pada kerukunan antaragama.

"Dan tentu untuk luar negeri itu juga sangat penting karena apa yang kita lakukan di Indonesia harus kita perkenalkan atau promosikan di luar negeri. Supaya Pancasila ini benar-benar bisa dikenal masyarakat luas dan disadari kalau itu adalah formula yang paling mujarab untuk mempersatukan masyarakat bangsa Indonesia dari berbagai agama," ucapnya.

Di tahun politik ini, lanjut Prof Syafiq, dirinya berharap kerukunan antarumat beragama tetap terjaga.
"Ya, mudah-mudahan gesekan ini bersifat sementara, tapi itu cukup menyita perhatian kita, bahwa seharusnya kita sudah bergerak menjadikan agama ini sebagai nilai-nilai yang bisa memperkokoh kehidupan berbangsa dan bernegara. Kita bisa merajut persatuan ini dengan nilai-nilai agama kita. Jadi ini sebuah tantangan, mudah-mudahan bersifat sementara," ucapnya.
Prof Syafiq menambahkan, selain ke PGI, dirinya akan berkunjung ke lembaga-lembaga agama lainnya. Juga ke ormas-ormas Islam.

Sementara itu, Henriette mengapresiasi kunjungan Prof Syafiq. Menurutnya, pertemuan ini penting untuk mengenal satu sama lain.
"Pertemuan seperti ini sangat penting untuk saling membuka diri dan mengenal satu dengan yang lain.

Sebenarnya tadi pertemuan pertama tadi Pak Syafiq sudah minta, 'Kami ingin mengenal PGI lebih jauh, bagaimana PGI itu, bagaimana cara bekerja PGI, apa saja yang dilakukan PGI pokok-pokok programnya.' Dan di situ kami menjelaskan gereja-gereja di Indonesia mengangkat tema yang penting dalam sidang rayanya, pokok yang penting, bagaimana bekerja bersama dengan semua anak-anak bangsa untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Demi mengatasi masalah kemiskinan, ketidakadilan, radikalisme, dan kerusakan lingkungan," ucapnya.

"Kami sangat yakin bahwa persatuan Indonesia itu sangat penting, kebersamaan masyarakat Indonesia untuk mengatasi persoalan-persoalan yang kita hadapi itu tentu dengan perspektif iman masing-masing. Tapi, satu hal, agama-agama mengajarkan nilai-nilai damai, nilai persaudaraan, nilai kebersamaan. Dan saya kira tadi Bapak (Syafiq) juga menyampaikan mengenai hal itu, nilai-nilai Pancasila sebenarnya kalau dihidupkan nilai Pancasila itu, ini yang paling penting. Challange kita bersama bagaimana nilai-nilai Pancasila tidak hanya diucapkan, disebutkan, tetapi dihidupkan diwujudnyatakan di dalam kehidupan bersama sebagai bagian masyarakat Indonesia," sambungnya. (hri/mae/yongky)

×
Berita Terbaru Update