Notification

×

Iklan

Iklan

Warga Desa Elusan Menjerit Krisis Air Minum, Hukum Tua Malah “Ngumpet”

Sabtu, 08 Desember 2018 | 11:58 WIB Last Updated 2018-12-08T03:58:15Z
Komentar.co.id  Minsel - Kegiatan reses  anggota DPRD Sulut  untuk  menjaring aspirasi masyarakat melalui Daerah pemilihan masing-masing wajib dilaksanakan setiap anggota legislativ sesuai perintah undang-undang.

Sangat disayangkan hal tersebut ternyata belum dipahami bahkan disalah diartikan sebagai bentuk kampanya  oleh sejumlah aparat desa di Minahasa Selatan.

Seperti yang terjadi di desa Elusan Kecamatan Amurang Barat Minsel Jumat (7/12-2018)  saat anggota DPRD Sulut Felly Estelita Runtuwene, SE melaksanakan  kegiatan reses III tahun 2018.

Ratusan warga sangat antusias mendengarkan pemaparan Legislator dapil Minsel- Mitra  ini terkait progres dan pembangunan yang dibiayai APBD maupun APBN  di Sulawesi Utara.

Namun Kepala Desa Elusan Frans Ampow yang diharapkan hadir mendampingi  sekaligus  menyampaikan  aspirasi  warga tak terlihat batang hidungnya dengan alasan yang tidak jelas. Demikian pun aparat pemerintahan setempat lainnya tidak merespon meski sudah dihubungi.

Ketidak hadiran aparat Desa  setempat disesalkan anggota DPRD Felly Runtuwene. Dirinya mengungkapkan, sebelunya surat pemberitahuan kegiatan tersebut sudah dilayangkan ke pemerintah setempat. 

“ Sangat disayangkan pemerintah desa tidak merespon. Saya tidak tahu apakah ini karena ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan atau karena ada keterkaitan dengan politik. Saya harus sampaikan disini ketika ada acara seperti ini tidak boleh ada urusan dengan partai politik walaupun saya disini lahir dari partai politik. Tapi ketika saya duduk di DPRD Propinsi maka saya sudah melebur dengan semua masyarakat. Tidak pilih warna,  mana yang kuning mana yang merah, mana yang biru dan sebagainya. Saya hadir disini untuk semua masyarakat . Mudah – mudahan ketidak hadiran mereka bukan disengaja  “ sesalnya  

Lanjutnya, masyarakat harus memahami  dimana kegiatan reses sangat penting   dihadiri pemerintah setempat  karena kegiatan tesebut dibayar oleh pemerintah untuk menyampaikan dan menerima masukan bahkan kritikan  untuk diteruskan ke pemerintah Propinsi

Ketua BPD Alex Tambayong  yang mewakili masyarakat ikut menyesalkan tidak hadirnya aparat pemerintah. “ Saya tidak mengetahui keberadaan HukumTua, kebetulan saya sebagai anggota BPD mewakili masyarakat , saya hadir disini. Kegiatan  reses ini sangat bagus bagi masyarakat karena disini kami bisa memberikan banyak masukan dan gagasan demi kepentingan masyarakat desa kami.” ujarnya.

Sementara tokoh masyarakat Desa Elusan Joutje Turangan mengungkapkan kekecewaannya terkait  tidak hadirnya pimpinan desa  yang  diduga sengaja menghindar dari kegiatan reses. “  Saya sangat kecewa karena dia sudah menerima pemberitahuan. Apapun alasannya saya tidak setuju  atas sikap pemerintah desa, apapun itu dia (hukum tua) musti hadir karena ini untuk kepentingan desa,” semburnya.

Meski demikian sejumlah aspirasi masyarakat mendapat perhatian khusus politisi Nasdem ini terutama masalah krisis air minum yang dialami masyarakat Desa Elusan selama puluhan tahun.

Salah seorang tokoh agama setempat mengungkapkan masyarakat Elusan sangat menderita selama puluhan tahun akibat  krisis air bersih yang merupakan kebutuhan utama, itupun kalau ada hanya dua dua hari sekali di salurkan ke masyarakat namun untuk mandi dan cuci saja .  Sedangkan untuk air minum warga terpaksa harus menempuh  puluhan kilometer untuk mendapatkan air layak konsumsi.

“ Selama puluhan tahun hingga saat ini hapir 70 persen masyarakat melakukan aktifitas mandi cuci di sungai.  Kami mohon pemerintah dapat melihat penderitaan kami warga desa Elusan, “ pintanya.

Sementara perwakilan warga lainnya Noven Tambaani  berharap pemerintah segera menuntaskan pembangunaruas jalan Elusan-Rumoong Bawah belum terealisasi pengerjaannya. Demikian pula   usulan lainnya yang disampaikan warga terkai potensi wisata air terjun dan Goa Wrang  yang ada di lokasi desa Elusan untuk mendapat perhatian pemerintah menjadikannya sebagai destinasi wisata baru di Minsel.

Din Wokas  warga lainnya memberikan usulan  untuk pembuatan jembatan  Tewalen yang menghubungkan hingga ke desa Kalait kabupaten Minahasa Tenggara agar  mendapat perhatian pemerintah.

Disisi lain anjloknya harga kopra menjadi aspirasi kepada DPRD untuk  mengawal  keluhan  petani agar  diperjuangkan ke pemerintah karena kondisi tersebut sangat mempengaruhi pendapatan ekonomi keluarga yang berimbas pada pendidikan anak-anak.

Menanggapi aspirasi warga khususnya krisis air minum, Felly mengaku prihatin belum  adanya perhatian  serius  pemerintah Kabupaten Minsel menyangkut kebutuhan utama tersebut.

“Ini seharusnya menjadi kewenangan pemerintah Kabupaten, bayangkan kita ini sudah puluhan tahun merdeka tapi masyarakat disini belum merdeka.  Saya punya memory dengan desa ini sempat juga waktu itu ikut naik turun gunung  mencari air di sungai,” ungkap Felly..

Terkait rendahnya  harga kopra di pasaran, dirinya minta masyarakat diminta bersabar karena saat ini pemerintah propinsi melalui  Gubernur Olly Dondokambey  sementara melakukan langkah-langkah strategis guna memperjuangkan nasib petani kopra termasuk  mencarikan solusi  agar masalah tersebut  tersebut dapat segera diatasi.

“ Saya minta warga bersabar karena pak Gubernur saat ini  terus melakukan upaya-upaya  mengatasi  permasalahan kopra. Pak Gubernur juga telah melakukan  beberapa pertemuan dengan para investor maupun stakeholder lainnya,” tutup Felly. (stem)

×
Berita Terbaru Update