Komentar.co.id Manado - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang terjadi selang dua bulan terakhir di Kota Manado, mendapat perhatian khusus instansi terkait yakni Dinas Kesehatan Manado.
Meski belum bisa dikategorikan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB), namun tindakan untuk meminimalisir kasus terus diupayakan agar tidak berdampak luas bagi masyarakat.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Manado dr. Robby Mottoh saat ditemui wartawan komentar.co.id di ruang kerjanya Kamis (22/2-2018) mengakui di beberapa tempat terutama masyarakat yang tinggal di wilayah padat penduduk sangat rentan terjadi kasus DBD.
Namun menurutnya kasus yang terjadi saat ini di Kota Manado menurun dibanding tahun 2017. "Sebetulnya untuk tahun 2018 bulan Januari sampai Februari, kasus DBD di kota Manado mengalami penurunan dibanding bulan yang sama tahun 2017 lalu. Karena berdasarkan data yang ada terdapat 28 kasus pada bulan Januari, sementara hingga akhir Februari ini baru 13 kasus. Dibanding bulan Januari 2017 ada 32 kasus dan bulan Februari terdapat 26 kasus. “ ungkap dr Robby Mottoh.
Untuk Kota Manado menurutnya secara statistik kasus DBD terjadi lima tahunan. Hal tersebut yang mesti diantisipasi. Karena bersifat lima tahunan , dia berharap masyarakat mewaspadai hal tersebut.
“ Yang perlu masyarakat waspadai tahun 2020 karena kasus sebelumnya tahun 2015 dan biasanya mulai di temui di akhir tahun. Ini bisa saja terjadi bulan Desember 2019. “ jelas Dokter Robby sapaan akrabnya.
Meski demikian dia menghimbau masyarakat tidak perlu khawatir karena hal tersebut bisa dicegah dengan cara menjaga kebersihan lingkungan masing-masing terutama pada saat musim hujan kemudian diikuti musim panas. Menurutnya cara paling efektif mencegah penularan DBD adalah dengan Menutup, Menguras dan Menimbun (3 M plus) dan rutin mengganti air vas bunga dan mengeringkan air di atap atau di talang maupun tempat yang biasanya menjadi tampungan air seperti Kulkas maupun Dispenser.
“ Ada baiknya juga masyarakat di satu lingkungan secara bersama –sama menjaga kebersihan, karena jarak terbang nyamuk Aedes Aegypti berkisar 100 sampai 200 meter. Ini sebagai upaya untuk menghilangkan jangkauan terbang nyamuk tersebut agar tidak terjadi penularan.” imbuhnya. (stem)