Notification

×

Iklan

Iklan

POLEMIK PANSUS BUMD, FELLY RUNTUWENE : SAYA INGIN MERUBAH SESUATU YANG SUDAH MENJADI KEBIASAAN DI LEMBAGA LEGISLATIF

Rabu, 25 Mei 2016 | 03:18 WIB Last Updated 2016-05-24T19:18:00Z
KOMENTAR.CO.ID MANADO - Saling tuding diantara personil Pansus Ranperda BUMD di DPRD Sulut  semakin menarik diikuti,  bahkan beberapa fakta mulai terungkap  melalui pernyataan-pernyataan diantara anggota pansus  bahwa  sejak awal pembentukannya, Pansus Ranperda BUMD yang menjadi inisistif komisi 2 tersebut sudah bermasalah.

 Felly Runtuwene  yang  merupakan wakil ketua  Pansus  mengungkap bahwa selain tidak memiliki notulen rapat awal pembentukannya,  inisiatif pembentukan Pansus tersebut ternyata tidak melibatkan semua anggota komisi 2. Bahkan ketua komisi  yakni  Marlina Moha Siahaan (MMS) juga pada awalnya tidak tahu kalau Ranperda BUMD ini merupakan inisiatif dari Komisi yang dipimpinnya .
“Saya sebenarnya ingin meluruskan pernyataan-pernyataan yang dimuat di media bahwa saya adalah pembohong. Namun saya tidak ingin meladeninya, sebab kalau saya mau, akan lebih terang menderang ini barang.  Saya tidak mau dibilang pembohong.”  ucapnya.

 Dirinya menyesalkan  kenapa tidak ada notulen ataupun rekaman di awal pembahasan Ranperda BUMD ini karena menurutnya hal tersebut  adalah pegangan atau bukti nyata kalau Ranperda ini asli inisiatif Komisi II dan bukan hasil plagiat.
“Coba kalian (wartawan red.) minta di staf ada ndak rekaman itu, gampang koq mencari pembuktian. Coba kalian tanya anggota komisi 2, tanya anggota Baleg,  ada empat orang yang  ke kementerian, saya juga hadir disitu karena waktu saya tantang untuk membuka rekaman tersebut mereka tidak berani. Ada apa ini jangan torang biasakan hal-hal yang sudah menjadi kebiasaan di DPRD  dipelihara terus seperti ini, sementara kami harus bertanggung jawab apapun yang dihasilkan oleh dewan  ” tutur politisi Nasdem ini.

Sementara terkait  materi Ranperda yang diadopsi dari daerah lain dirinya justru menilai hal tersebut seolah-olah menunjukan bahwa  kualitas SDM Sulut diragukan. “ Memang tidak ada masalah kalau ada beberapa yang diadopsi dari daerah lain, namun apa kurang smart masyarakat Sulut sampai harus mengambil sekian persen dari daerah lain, sementara ikon kita yakni Sam Ratulangi merupakan seorang akademisi terkenal. Tapi ini bukan menjadi permasalahan utama, namun prosesnya  yang tiba-tiba langsung jadi, jangan cuma jadi penonton tiba-tiba sudah jadi. Padahal lembaga ini merupakan tempat untuk menghasilakan produk yang tentunya melalui suatu proses  yang lahir dari hasil pemikiran  para  anggota DPRD Sulut dengan  latar belakang disiplin ilmu berbeda-beda. Saya justru  ingin merubah sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan di lembaga legislatif  agar tidak terjadi lagi hal-hal seperti ini.” tutupnya. (stem)
   
×
Berita Terbaru Update