KOMENTAR.CO.ID – MANADO. Peningkatan jumlah pasien Demam Berdarah (DBD) yang dirawat di Rumah Sakit (RS) Prof Kandow dikhawatirkan akan meningkat selang dua bulan kedepan. Dari penjelasan Dirut RS Prof kandow dr Maxi Rondonuwu kepada sejumlah wartawan Jumat (5/2), dibanding dengan tahun lalu terjadi peningkatan yang signifikan yakni 300-400 persen.” Jumlah penderita dibandingkan bulan Januari tahun lalu sekitar 300-400 persen ini tanda-tanda Kejadian Luar Biasa (KLB) sudah ada. “ujarnya. Dirinya berharap Dinas Kesehatan segera mengantisipasi agar tidak ada lagi peningkatan jumlah kasus DBD, apalagi menurutnya penyebaran virus tersebut telah terjadi di hampir semua Kecamatan maupun lintas Kabupaten.” Dari data pasien yang ada pada kami kasus DBD terjadi di Manado, Tanawangko, Minsel , Minahasa Induk, Minahasa Utara Bitung bahkan Sangihe sudah ada. Ini kelihatannya kalau tidak ditangani dengan secepatnya dikhawatirkan bisa meledak. Kalau sudah begitu penanganannya akan lebih sulit.” jelasnya.
Sementara jumlah pasien DBD yang terdata pada bulan Januari di Rumah sakit Prof Kandow menurutnya terdapat 50 kasus. “ Yang 35 kasus seharusnya bisa di rawat di Rumah Sakit type C tapi karena sudah datang kesini tetap kami layani. Sedangkan 15 kasus sudah dalam kondisi shock karena terlambat dibawah ke rumah sakit. Namun ditangani dengan baik disini, dan syukur sampai saat ini dari 15 kasus tersebut tidak ada yang meninggal dibanding tahun lalu fatality rate angka kematiannya mencapai 50 persen. Jadi kalau masuk sepuluh biasanya 5 yang meninggal.” jelas dr Maxi. Meski demikian untuk penanganan kasus DBD, pihaknya telah mengantisipasinya dengan melakukan tindakan cepat untuk menghindari resiko kematian pasien.” Penanganan disini sudah bagus, sebab dari 12 kasus sudah ada yang dipindahkan ke ruang perawatan biasa bahkan sudah ada yang pulang.” terangnya.(stem)
Sementara jumlah pasien DBD yang terdata pada bulan Januari di Rumah sakit Prof Kandow menurutnya terdapat 50 kasus. “ Yang 35 kasus seharusnya bisa di rawat di Rumah Sakit type C tapi karena sudah datang kesini tetap kami layani. Sedangkan 15 kasus sudah dalam kondisi shock karena terlambat dibawah ke rumah sakit. Namun ditangani dengan baik disini, dan syukur sampai saat ini dari 15 kasus tersebut tidak ada yang meninggal dibanding tahun lalu fatality rate angka kematiannya mencapai 50 persen. Jadi kalau masuk sepuluh biasanya 5 yang meninggal.” jelas dr Maxi. Meski demikian untuk penanganan kasus DBD, pihaknya telah mengantisipasinya dengan melakukan tindakan cepat untuk menghindari resiko kematian pasien.” Penanganan disini sudah bagus, sebab dari 12 kasus sudah ada yang dipindahkan ke ruang perawatan biasa bahkan sudah ada yang pulang.” terangnya.(stem)