Notification

×

Iklan

Iklan

Dua Sudut Pandang Teori Fenomena Suara Sangkakala bagi Dunia

Kamis, 28 Mei 2015 | 11:21 WIB Last Updated 2016-01-24T07:03:47Z


Reportasesulut.com- Tinggal di bawah kolong langit tentu menyimpan banyak pertanyaan akan apa yang ada disekitar dimana manusia tinggal.

 Tak sedikit manusia diberi hadiah serta gelar ketika menemukan rahasia suatu kehidupan. Baik itu fenomen Alam maupun daya cipta karya manusia itu sendiri. 

Sama halnya dengan Fenomen Suara Sangkakala. Di sebut manusia bahwa itu adalah suara sangkakala karena suaranya hampir mirip dengan alat ciptaan manusia yang disebut sangkakala. 

Dari uraian definisi wikipedia bahasa indonesia, sangkakala adalah sejenis alat tiup, terbuat dari cangkang kerang. Alat itu disebut sangkakala karena bernama sangka yang ditiup secara berkala, bunyinya berkala. Dilihat dari fungsinya, Sangkakala pada zaman dahulu digunakan untuk meminta perhatian orang banyak. Baik ketika hendak berperang atau dibunyikan untuk mengumpulkan prajurit.

Hubungannya dengan Fenomena Bunyi suara asing yang terdengar dari beberapa negara diidentikan dengan suara sangkakala. Hal ini tentu menarik perhatian dunia, karena, suara sangkakala erat kaitannya dengan pandangan religius suatu ajaran di masing-masing Agama.Tak kalah, pakar ilmuan pun mencoba untuk menjawab fenomena Alam tersebut. Mungkin, kita pun tahu, Antara Pandangan Agama dan Ilmu Pengetahuan Manusia tentu berbeda. Di bawah ini, akan dijabarkan dua sudut pandang tentang fenomena Bunyi "Sangkakala" yang menggerkan Umat Manusia di seluru Dunia.

1. Bunyi Sangkakala dalam Ajaran Agama

Hindu

Dalam agama Hindu, sangkakala merupakan simbol kemahsyuran dan kemakmuran. Maka dari itu, ia ditiup saat berperang atau saat melangsungkan upacara keagamaan, misalnya Puja. Catatan mengenai peniupan sangkakala sebagai atribut peperangan disebutkan dalam sastra Hindu Kuno yang disebut Mahabharata. Selain itu, sangkakala menjadi atribut Dewa-Dewi tertentu, misalnya Wisnu, Laksmi, atau Ganesa.
Islam
Dalam salah satu ajaran agama Abrahamik, yaitu Islam dikatakan bahwa salah satu malaikat yang bernama Israfil mempunyai tugas untuk meniupkan Shur (sangkakala) pada saat hari akhir. Ketika Allah telah selesai menjadikan alam semesta beserta isinya, lalu Allah membuat sangkakala dan meletakkannya di mulut Israfil. Kemudian dikisahkan Israfil selalu menatap kearah 'Arsy, menanti kapan ia diperintahkan untuk meniup sangkakala tersebut.  (sumber:wikipedia)

Kristen 

 Alkitab menuliskan sangkakala dalam kitab Wahyu. Pada Wahyu 8:6-21, tertera bahwa malaikat akan meniup tujuh sangkakala.

Ketika sangkakala pertama dibunyikan, akan terjadi hujan es dan api yang menghancurkan kebanyakan tanaman dalam dunia (Wahyu 8:7). Lalu, pada sangkakala kedua, meteor jatuh ke dalam laut dan memusnahkan kebanyakan makhluk hidup dalam laut (Wahyu 8:8-9).

Saat sangkakala ketiga berbunyi, dampaknya serupa dengan sangkakala kedua. Hanya saja kali ini makhuk hidup di danau-danau dan sungai-sungai, bukan laut, yang akan dimusnahkan. (Wahyu 8:10-11).

Kemudian, pada waktu sangkakala keempat ditiup, matahari dan bulan menjadi gelap (Wahyu 8:12). Pada tiupan sangkakala kelima, wabah “belalang setan” menyerang dan menyiksa umat manusia (Wahyu 9:1-11).

Sangkakala keenam akan melepaskan tentara setan yang membunuh sepertiga umat manusia (Wahyu 9:12-21). Terakhir, sangkakala ketujuh akan memanggil tujuh malaikat dengan tujuh cawan murka Allah (Wahyu 11:15-19; 15:1-8). (Sumber: Alkitab)


 2. Bunyi "sangkakala" dari sudut pandang teori Ilmiah.
 Pakar Ilmuwan dari Center National de la Recherche Scientifique meyakini, bunyi yang disebut suara "sangkakalai" itu berasal dari bumi, bukan dari langit. Dilansir Independent, pada era 1990-an, ilmuwan menemukan bahwa dunia mengeluarkan getaran secara berkelanjutan dalam frekuensi yang sangat rendah. Bahkan, getaran ini terdeteksi walau tidak terjadi aktivitas gempa bumi.

Ilmuwan Fabrice Ardhuin dari Center National de la Recherche Scientifique menjawab dengan berhasil menemukan sumber suara tersebut dan apa penyebabnya. Menurutnya, suara yang disebut dengan The Hum itu terjadi akibat dari aktivitas mikroseismik pada gelombang lautan yang menghantam dasar laut. Hantaman yang berlangsung dalam jangka lama dan konsisten itulah yang menghasilkan suara gemuruh.

Ilmuwan menyebut getaran tersebut dengan nama aktivitas microseismic, yang umumnya terlalu lemah bagi manusia untuk mendeteksinya. Teori sebelumnya memasukkan radiasi elektromagnetik, aktivitas militer rahasia dan komunikasi kapal selam.

Namun, penelitian terbaru mengungkapkan bahwa getaran yang paling mungkin ialah akibat gelombang laut. Menggunakan model komputer yang menunjukkan laut, angin dan dasar laut, tim ilmuwan yang dipimpin Oceanographer Fabrice Ardhuin menemukan bahwa gelombang laut bisa menghasilkan gelombang seismik mini saat mereka bertabrakan.

Gelombang laut yang lambat bisa menghasilkan gelombang seismik dengan frekuensi 13 sampai 300 detik. Sebagian besar suara misterius yang menyerupai lonceng ini berasal dari gelombang yang panjang.

"Saya pikir hasil penelitian kami merupakan langkah penting dalam transformasi suara misterius ke dalam sinyal yang bisa dipahami," tutur peneliti senior, Fabrice Ardhuin.  Ia mengatakan, pemahaman yang baik mengenai dengung ini memungkinkan untuk menciptakan peta yang lebih komprehensif dari interior Bumi.

Gelombang seismik menembus jauh ke dalam mantel Bumi dan bahkan dapat menembus bagian dalam dari inti Bumi. Analisis ini juga membantu ilmuwan membuat gambar lebih komprehensif terkait struktur planet Bumi. (Hendom)










×
Berita Terbaru Update